Muqoddimah kifayatul Akhyar

 

Kata Pengantar Bagian 01


Kata Pengantar Bagian 01











كِفَايَةُ الْأَخْيَارِ 

فِيْ حَلِّ غَايَةِ الْإِخْتِصَارِ 


تَأْلِيْفُ 


تَقِيُّ الدِّيْنِ أَبِيْ بَكَرْ بِنْ مُحَمَّدْ بِنْ عَبْدِ الْمُؤْمِنْ اَلْحِصْنِيُّ 

اَلْحُسَيْنِيُّ اَلدِّمَشْقِيُّ اَلشَّافِعِيُّ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی 

﴿ اَلْمُتَوَفَّی سَنَةَ  ٧٥٢ - ٧٢٩  هـــ ﴾ 


=============================================







KATA PENGANTAR 



بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 


Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang 



اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْجُوْدَاتِ مِنْ ظُلُمَةِ الْعَدَمِ بِنُوْرِ الْإِيْجَادِ وَجَعَلَهَا دَلِيْلاً 

Segala puji kepada Allah yang telah menciptakan hal-hal yang ada dari kegelapan ketiadaan dengan cahaya penciptaan dan telah menjadikannya sebagai petunjuk 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 05 

عَلَى وَحْدَانِيَّتِهِ لِذَوِي الْبَصَائِرِ إِلَى يَوْمِ الْمَعَادِ، وَشَرَعَ شَرْعًا اِخْتَارَهُ لِنَفْسِهِ، وَأَنْزِلَ بِهِ كِتَابَهُ وَأَرْسَلَ بِهِ سَيِّدَ الْعُبَادِ، فَأَوْضَحَ لَنَا مَحَجَّتَهُ وَقَالَ هَذِهِ سَبِيْلَ الرَّشَادِ. صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَعَلَى آلِهِ وَأَتْبَاعِهِ وَصَلاَةً زَكِيَّةً بِلاَ نَفَادِ 

atas ke esaan-Nya untuk orang memiliki pikiran menuju kepada hari kembali dan Allah telah mensyari'atkan suatu syari'at yang telah di pilih untuk diri-Nya dan Allah menurunkan dengannya yaitu Al-Kitab { Al-Qur'an } dan mengutus dengannya yaitu penghulu para hamba-hamba, maka ia telah menjelaskan kepada kami yaitu hujjah-Nya dan ia berkata : ini adalah jalan kebenaran, semoga Allah memberi Rahmat atas Nabi saw dan memberi keselamatan atas Nabi saw dan atas keluarganya dan pengikut-pengikutnya dan rahmat yang suci dengan tanpa kehabisan 

《 وَبَعْدُ 》 : فَإِنَّ الْأَنْفَسِ الزَّكِيَّةِ، اَلطَّالِبَةِ لِلْمُرَاتِبِ الْعَلِيَّةِ. لَمْ تَزَلَّ تَدْأَبُ فِي تَحْصِيْلِ الْعُلُوْمِ الشَّرْعِيَّةِ 

《 Dan berikutnya 》 : maka sesungguhnya jiwa yang suci dan meminta kepada kedudukan yang tinggi. Tidak kamu putus-putus membiasakan dalam menghasilkan ilmu syari'at 

وَمِنْ جُمْلَتِهَا مَعْرِفَةُ الْفُرُوْعِ الْفِقْهِيَّةِ. لِأَنَّ بِهَا تَنْدَفِعُ الْوَسَاوِسُ الشَّيْطَانِيَّةِ، وَتَصِحُّ الْمُعَامَلاَتِ وَالْعِبَادَاتِ الْمَرْضِيَّةِ 

Dan dari jumlahnya adalah mengetahui cabang-cabang Fiqh, karena dengannya kamu dapat menghindari gangguan syetan dan menjadi SAH perbuatan Mu'amalah dan ibadah agar di Ridhai 

وَنَاهِيْكَ بِالْفِقْهِ شَرَفًا قَوْلُ سَيِّدِ السَّابِقِيْنَ وَاللاَّحِقِيْنَ. صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : 《 مَنْ يُرِدِ اللّٰهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ 》 

Dan ambilah kamu dengan kemuliaan Fiqh dan perkataan tuannya yang terdahulu dan yang selanjutnya, Nabi saw bersabda : 《 Barangsiapa yang Allah kehendaki dengannya kebaikan, maka Allah akan memberi kefahaman dalam agama 》. [ HR. Bukhari dan Muslim dari Mu'awiyah Radhiyallahu 'Anhu ] 

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : 《 مَا عُبِدَ اللّٰهُ سُبْحَانَهُ بِشَيْءٍ أَفْضَلَ مِنْ فِقْهٍ فِي الدِّيْنِ 》 

Dan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : 《 Tidaklah disembah Allah yang maha Suci dengan sesuatu yang lebih baik dari memahami dalam agama 》. [ HR. Ath-Thabari dalam Kitab Al-Ausath dan Abu Na'im dalam Kitab Riyadhatul Muta'allimiin, dari Abu Hurairah. Dan HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, dari Ibnu 'Abbas ] 

وَعَنْ يَحْيَى بِنْ أَبِيْ كَثِيْرُ فِيْ قَوْلِهِ تَعَالَى : ﴿ وَاؐصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ اؐلَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ 

Dan dari Yahya Bin Abi Katsir dalam menafsirkan Firman-Nya Allah Ta'ala : ﴾ Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang berdo'a 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 06 

رَبَّهُمْ بِالْغَدَوٰةِ وَاؐلْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهُۖۥ ﴾ 

kepada Tuhan-Nya di pagi hari dengan mengharap keridhaan-Nya ﴿. [ QS. Al-Kahfi : 28 ] 

قَالَ مَجَالِسُ الذِّكْرِ 

Yahya Bin Abi Katsir berkata : berkumpulah di majlis dzikir 

قَالَ عَطَاءْ فِي قَوْلِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : 《 إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا 》. قَالُوْا يَا رَسُوْلُ اللّٰهِ : وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ ؟ قَالَ : 《 حِلَقُ الذِّكْرِ 》 

'Atha' berkata : Dalam sabdanya Nabi saw : 《 Jika kamu melewati di taman surga, maka singgahlah kalian dengan senang 》 mereka berkata, wahai Rasulullah : dan apa taman surga itu ? 《 Taman surga itu adalah lingkaran Majlis Dzikir 》. [ HR. Tirmidzi ] 

قَالَ عَطَاءْ اَلذِّكْرِ هُوَ مَجَالِسِ الْحَلاَلِ وَالْحَرَامِ. كَيْفَ تَشْتَرِي كَيْفَ تَبِيْعُ وَتُصَلِّي، وَتَصُوْمُ وَتَحُجَّ، وَتَنْكِحُ وَتُطَلِّقُ وَأَشْبَاهُ ذَلِكَ 

'Atha' berkata : Dzikir adalah majelis yang menjelaskan tentang halal dan haram dan bagaimana kamu membeli dan bagaimana kamu menjual dan bagaimana kamu Shalat dan bagaimana kamu berpuasa dan bagaimana kamu Hajji dan bagaimana kamu menikah dan bagaimana kamu bercerai dan yang menyerupai hal itu 

وَقَالَ سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةْ : لَمْ يُعْطَ أَحَدٌ بَعْدَ النُّبُوَّةِ أَفْضَلَ مِنَ الْعِلْمِ وَالْفِقْهِ فِي الدِّيْنِ 

Dan Sufyan bin 'Uyainah berkata : tidak di berikan kepada seseorang setelah kenabian yang lebih utama dari ilmu dan memahami dalam agama 

وَقَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ وَأَبُوْ ذَرٍّ رَضِيَ اللّٰهُ تَعَالَى عَنْهُمَا : بَابٌ مِنَ الْعِلْمِ نَتَعَلَّمُهُ أَحَبُّ إِلَيْنَا مِنْ أَلْفِ رَكْعَةٍ تَطَوُّعًا 

Dan Abu Hurairah dan Abu Dzar ra berkata : Satu Bab dari ilmu yang kami pelajarinya, maka lebih kami cintai dari seribu Raka'at Shalat sunnah 

وَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللّٰهُ 

Dan 'Umar ra berkata : 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 07 

تَعَالَى عَنْهُ : لَمَوْتِ أَلْفِ عَابِدٍ قَائِمٍ اللَّيْلَ صَائِمٍ النَّهَارَ أَهْوَنُ مِنْ مَوْتِ الْعَالِمِ الْبَصِيْرِ بِحَلاَلِ اللّٰهِ تَعَالَى وَحَرَامَهِ 

Sungguh benar-benar mati seribu orang yang mengabdi yaitu bangun pada malamnya dan berpuasa pada siangnya, maka lebih ringan dari kematian orang yang berilmu yang mampu melihat dengan kehalalan Allah Ta'ala dan yang di haramkannya 

وَالْآيَاتُ وَالْأَخْبَارُ وَالْآثَارُ فِي ذَلِكَ كَثِيْرَةُ 

Dan Ayat Al-Qur'an dan Hadits dan Atsar dalam hal itu sangat banyak 

فَإِذَا كَانَ الْفِقْهُ بِهَذِهِ الْمَرْتَبَةِ الشَّرِيْفَةِ. وَالْمَزَايَا الْمُنِيْفَهُ. كَانَ الْاِهْتِمَامِ بِهِ فِي الدَّرَجَةِ الْأُوْلَى. وَصَرْفُ اَلْأَوْقَاتِ النَّفِيْسَةِ بَلْ كُلُّ الْعُمُرِ فِيْهِ أُوْلَى، لِأَنَّ سَبِيْلَهُ سَبِيْلُ الْجَنَّةِ. وَالْعَمَلُ بِهِ حِرْزٌ مِنَ النَّارِ وَجُنَّةِ 

Maka jika ada ilmu Fiqh dengan ini berada pada kedudukan yang mulia dan ke istimewaan yang tinggi. Dan ilmu Fiqh yang di perhatikan denganya yaitu dalam derajat pertama. Dan telah menghabiskan beberapa waktunya yang bernilai bahkan seluruh umur dalam memahami Fiqh, maka itu lebih utama, karena jalannya adalah jalan ke surga dan melakukan dengannya dapat memelihara dari neraka dan perisai neraka 

وَهَذَا فِيْمَنْ طَلَبُهُ لِلتَّفَقُّهُ فِي الدِّيْنَ عَلَى سَبِيْلِ النَّجَاةِ لِقَصْدِ التَّرَفُعِ عَلَى الْأَقْرَانَ وَالْمَالَ وَالْجَاهِ 

Dan ini bagi orang yang mencarinya untuk memahami dalam agama atas jalan keselamatan untuk tujuan mengangkat harga diri atas teman-teman dekatnya dan harta dan kehormatan 

قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : 《 مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللّٰهِ تَعَالَى لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيْبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ 

Rasulullah saw bersabda : 《 Barangsiapa yang mempelajari ilmu dimana yang di inginkan dengannya pada sisi Allah Ta'ala, ia tidak mempelajarinya kecuali untuk tujuan mendapatkan dengannya bagian dari dunia, maka ia tidak akan mendapatkan harumnya surga 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 08 

يَوْمَ الْقِيَامَةِ 》. [ يَعْنِي رِيْحَهَا ] 

pada hari qiamat 》. [ HR. Ahmad dan Abu Daud dan Ibnu Majah, dari Abu Hurairah ]. [ Yakni baunya ] 

وَقَالَ عَلَيْهِ أَفْضَلُ الصَّلاَةِ وَالسَّلاَمْ : 《 مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لَيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يُكَاثِرَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ يَصْرِفَ وُجُوْهَ النَّاسِ إِلَيْهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ 》 وَرَدَ مِنْ رِوَايَةِ كَعَبْ بْنُ مَالِكْ وَقَالَ : 《 أَدْخَلَهُ اللّٰهُ النَّارَ 》 

Dan Nabi 'Alaihi Afdhalus Shalati Was Salam bersabda : 《 Barangsiapa yang mencari ilmu dengan niat untuk membanggakan dengannya di hadapan orang-orang bodoh atau mendebatkan dengannya pada para ulama' atau akan memalingkan wajah-wajah manusia kepadanya, maka akan menempati posisi tempat duduknya dari api neraka 》 dinyatakan dari riwayat Ka'ab bin Malik dan dikatakan : 《 Allah akan memasukkannya ke neraka 》. [ HR. An-Nasa'i dan Ad-Daruqutni dan Abu Na'im Al-Ash-Bahaniy dan Al-Khatib Al-Baghdadi, dari 'Anas Bin Malik. Dan HR. Tirmidzi dan Al-Hakim dan Al-Baihaqi, dari Ka'ab Bin Malik ] 

عَافَانَا اللّٰهُ الْكَرِيْمِ مِنْ ذَلِكَ 

Semoga Allah yang Maha Pemurah melindungi kita dari hal itu 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 09 

اِعْلَمْ أَنَّ طُلاَبُ الْعِلْمِ مُخْتَلِفُوْنَ بِاخْتِلاَفِ مَقَاصِدِهِمْ، وَهِمَمُهُمْ مُخْتَلِفَةٌ بِاخْتِلاَفِ مَرَاتِبِهِمْ فَهَذَا يَطْلُبُ الْغَوْصَ فِي الْبَحْرِ وَنَحْوِهِ لِنَيْلِ الدُّرَرِ الْكِبَارِ، وَهَذَا يَقْنِعُ بِمَا يَجِدُ فِي 《 غَايَةِ الْاِخْتِصَارِ 》 

Ketahuilah sesungguhnya orang yang mencari ilmu adalah mereka berbeda-beda dengan perbedaan tujuan mereka dan semangat mereka yang berbeda-beda dengan perbedaan derajat mereka, maka inilah yang di butuhkan seseorang menyelam ke dalam lautan dan perumpamaannya untuk mendapatkan mutiara-mutiara yang besar dan orang ini berpuas hati dengan apa yang di dapatkan dalam 《 tujuan meringkas ilmu 》 

ثُمَّ هَذَا الْقَانِعُ صَنَفَانِ : أَحَدُهُمَا ذُوْ عِيَالٍ قَدْ غَلَبَهُ الْكَدِّ، وَالْآخَرُ مُتَوَجَّهُ إِلَى اللّٰهِ تَعَالَى بِصِدْقٍ وَجِدٍّ 

Kemudian orang yang berpuas hati ini ada dua jenis adalah salah satu diantara keduanya yaitu orang yang mempunyai keluarga dan sungguh dia dikuasai oleh pekerjaannya dan yang lain menghadap kepada Allah Ta'ala dengan benar dan kesungguhan 

فَلاَ الْأَوَّلُ يَقْدِرُ عَلَى مُلاَزِمَةُ الْخِلَقَ، وَالسَّالِكُ مَشْغُوْلٌ بِمَا هُوَ بِصَدَدِهِ لَيْلَةٌ وَنَهَارِهِ مَعَ نَفْسِهِ فِي قَلَقٍ 

Maka yang pertama itu tidak akan mampu atas bergaul dengan makhluk dan yang menempuh menghadap kepada Allah di sibukkan dengan apa yang dia kerjakan yaitu dengan menumpukannya pada malam dan siangnya bersama dirinya dalam kegelisahan 

فَأَرَدْتُ رَاحَةً كُلِّ مِنْهُمَا بِبَقَاءِ مَا هُوَ عَلَيْهِ وَتَرْكِ سَعِى كُلِّ مِنْهُمَا فِيْمَا تَدْعُوْ الْحَاجَةِ إِلَيْهِ وَأَرْجُوْ مِنَ اللّٰهِ الْعَزِيْزِ الْقَدِيْرِ 

maka aku ingin semua dari keduanya itu istirahat dengan menetapkan apa yang ada di atasnya dan semua dari keduanya membiarkan berusaha dalam apa yang mereka serukan hajat kepadanya dan aku berharap dari Allah yang Maha Mulia dan yang Maha Kuasa 

تَسْهِيْلَ مَا يَحْصِلَ بِهِ الْإِيْضَاحُ وَالتَّيْسِيْرِ. فَإِنَّهُ رَجَاءُ الرَّاجِيْنَ. وَجَابِرِ الضُّعَفَاءِ وَالْمُنْكَسِرِيْنَ 

agar memudahkan apa yang menghasilkan dengan jelas dan mudah, maka sesungguhnya ia adalah harapan orang-orang yang berharap dan mencukupi orang-orang yang lemah dan orang-orang yang patah hati 

وَوَسَمْتُ كِتَابِي هَذَا بـِـ 《 كِفَايَةِ الْأَخْيَارِ 》 فِي حَلِّ 《 غَايَةِ الْإِخْتِصَارِ 》 وَأَسْأَلُ اللّٰهَ الْعَظِيْمِ الْغَفَّارِ 

Dan aku namakan kitabku ini dengan 《 KIFAYATIL AKHYAR 》 dalam penguraian Ibarat 《 GHAYATIL IKHTISHAARI 》. Dan aku memohon kepada Allah yang Maha Besar dan yang Maha Pengampun 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 10 

الْعَفْوَ عَنِّي وَعَنْ أَحِبَّائِي مِنْ مَكْرِهِ وَغَضَبِهِ وَعَذَابِ النَّارِ، إِنَّ عَلَى مَا يَشَاءُ قَدِيْرُ، وَبِالْإِيْجَابَةُ جَدِيْرُ 

Semoga Allah memaafkan dariku dan dari orang-orang yang mencintaiku dan dari balasan-Nya dan murka-Nya dan siksa Neraka, sesungguhnya atas apa yang Dia kehendaki dan dengan memperkenankan do'a yang pasti 

قَالَ الشَّيْخُ : ﴿ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ﴾ 

Syekh Abu Suja' ra berkata : ﴾ Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang ﴿ 

﴿ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ﴾ 

﴾ Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian Alam ﴿ 

《 اَلْحَمْدُ 》 هُوَ الثَّنَاءُ عَلَى اللّٰهِ تَعَالَى بِجَمِيْلِ صِفَاتِهِ الذَّاتِيَّةِ وَغَيْرِهَا، وَ 《 الشُّكْرُ 》 هُوَ الثَّنَاءِ عَلَيْهِ بِإِنْعَامِهِ، وَلِهَذَا يَحْسُنُ أَنْ تَقُوْلُ : حَمِدْتُ فُلاَنًا عَلَى عِلْمِهِ وَسَخَائِهِ وَلاَ تَقُوْلُ : شَكَرْتُهُ عَلَى عِلْمِهِ، فَكُلُّ شُكْرٍ حَمْدٌ وَلَيْسَ كُلُّ حَمْدٍ شُكْرًا، وَقِيْلَ غَيْرُ ذَلِكَ 

Lafazh 《 AL - HAMDU 》 adalah pujian atas Allah Ta'ala dengan keindahan sifat-sifat-Nya dan Dzat-Nya dan yang lainnya dan Lafazh 《 ASY-SYUKRU 》 adalah pujian atas-Nya dengan nikmat-Nya dan karena ini akan baik untuk kamu berkata : aku menyanjung Fulan atas ilmunya dan kedermawanannya. Dan jangan kamu berkata : aku memuji dia atas ilmunya, maka setiap Syukur itu adalah pujian dan tidak setiap pujian itu adalah Syukur dan dikatakan selain demikian itu 

《 لِلّٰهِ 》 اَللاَّمُ فِي الْاِسْمِ الْكَرِيْمِ لِلْاِسْتِحْقَاقِ مَا تَقُوْلُ : 《 الدَّارِ لِزَيْدٍ 》 وَأُضِيْفَ الْحَمْدُ إِلَى هَذا الْاِسْمِ الْكَرِيْمِ دُوْنَ بَقِيَّةِ الْأَسْمَاءِ لِأَنَّهُ اِسْمُ ذَاتٍ وَلَيْسَ بِمُشْتَقِ، واَلْمُحَقِّقُوْنَ عَلَى أَنَّهُ مُشْتَقِ 

Lafazh 《 LILLAAHI 》 huruf Lam dalam nama Allah yang Maha Mulia adalah untuk ISTIHQAAQ. Dan tidak kamu katakan 《 AD-DAARI LI ZAIDIIN 》 dan menyertakan Lafazh 《 AL - HAMDU 》 kepada nama Allah yang Mulia ini, tanpa menyisakan nama-nama, karena itu nama Dzat Allah dan bukan dengan kata berimbuhan dan mereka yang memastikan atas Lafazh 《 AL - HAMDU 》 bahwasannya Lafazh 《 AL - HAMDU 》 adalah kata berimbuhan 

《 رَبُّ الْعَالَمِيْنَ 》 اَلرَّبُّ يَكُوْنُ بِمَعْنَى الْمَالِكِ وَيَكُوْنُ بِمَعْنَى التَّرْبِيَّةِ وَالْإِصْلاَحِ، لِهَذَا يُقَالُ 《 رَبَّى فُلاَنُ الضَّيْعَةِ 》 أَيْ : أَصْلَحَهَا فَاللّٰهُ تَعَالَى مَالِكُ الْعَالَمِيْنَ وَمُرَبِّيْهِمْ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى 

《 Tuhan Sekalian Alam 》 Lafazh AR-RABBU yaitu dengan makna pemilik dan dengan makna pendidik dan perbaikan karena ini dikatakan : 《 RABBAA FULAANU ADH-DHAI'ATI 》 Si Fulan telah mendidik desa-desa kecil itu, maksudnya : Memperbaikinya, maka Allah Ta'ala adalah pemilik sekalian 'Alam dan Tuhan mereka yang Maha Suci dan Maha Tinggi 

وَ 《 الْعَالَمِيْنَ 》 جَمْعُ عَالَمْ لاَ وَاحِدُ لَهُ مِنْ لَفْظِ، وَاخْتِلَفَ الْعُلَمَاءَ فِيْهِمْ فَقِيْلَ هُمُّ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ قَالَهُ ابْنُ عَبَّاسْ، وَقِيْلَ جَمِيْعُ الْمَخْلُوْقِيْنَ. قَالَهُ قَتَادَةِ وَالْحَسَنِ وَمُجَاهِدِ 

Dan Lafazh 《 AL - 'ALAMIINA 》 adalah jama' dari Lafazh 'Aalam, tidak ada satu pun untuknya yang mufrad dari Lafazhnya dan perbedaan pendapat Ulama' dalam lafatdz 《 AL - 'ALAMIINA 》, maka di katakan : 《 AL - 'ALAMIINA 》 adalah mengurus manusia dan jin, perkataannya ibnu 'Abbas dan di katakan : 《 AL - 'ALAMIINA 》 adalah semua makhluk-makhluk Allah dan perkataannya Qatadah dan Al-Hasan dan Mujahid 

قَالَ : وَصَلَّى اللّٰهُ عَلَى مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ : 

Al-Mushonnif berkata : dan Allah bershalawat atas Nabi Muhammad penutup para Nabi dan atas keluarganya dan para shahabat semuanya : 

اَلصَّلاَةُ مِنَ اللّٰهِ اَلرَّحْمَةِ، وَمِنَ الْمَلاَئِكَةِ الْاِسْتِغْفَارِ وَمِنَ الْآدَمِي تَضَرُّعُ وَدُعَاءٌ، وَسُمِّيَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ مُحَمَّدًا لِكَثْرَةٍ خِصَالِهِ الْمَحْمُوْدَةِ 

Shalawat dari Allah adalah Rahmat dan dari Malaikat adalah istighfar dan dari anak cucu Adam adalah permohonan dan do'a. Dan Rasulullah saw di namakan Muhammad karena banyaknya Sifat yang terpuji 

وَاخْتُلِفَ فِي 《 الْآلِ 》 فَقِيْلَ : هُمْ بَنُوْ هَاشِمْ وَبَنُو الْمُطَّلِبْ وَهَذَا مَا اِخْتَارَهُ اَلشَّافِعِي وَأَصْحَابُهُ 

Dan di perselisihkan dalam 《 keluarganya 》, maka dikatakan : mereka adalah keluarga Bani Hasyim dan keluarga Bani Muthalib dan ini adalah apa yang di pilih imam Syafi'i dan Sahabatnya 

وَقِيْلَ : هُمْ عِتْرَتُهُ وَأَهْلُ بَيْتِهِ 

Dan di katakan : mereka adalah keluarganya dan ahli baitnya 

وَقِيْلَ 《 آلِهِ 》 جَمِيْعُ أُمَّتِهِ وَاخْتَارُهُ جَمْعُ مِنَ الْمُحَقِّقِيْنَ وَمِنْهُمْ اَلْأَزْهَرِيْ 

Dan di katakan : 《 keluarganya 》 adalah semua ummatnya dan memilihnya segolongan dari para ahli tahqiq dan dari mereka adalah imam Al-Azhari 

وَ 《 الْأَصْحَابُ 》 جَمْعُ صَاحِبٍ، وَهُوَ كُلُّ مُسْلِمٍ رَأَى النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَصَحِبَهُ وَلَوْ سَاعَةٍ 

Dan Lafazh 《 ASH - HABU 》 adalah jama' dari lafazh 《 SHAAHIBIN 》 dan 《 SHAAHIBIN 》 adalah semua orang muslim yang melihat Nabi saw dan menemaninya walaupun sesaat 

وَقِيْلَ : مَنْ طَالَتْ صُحْبَتُهُ وَمُجَالَسَتُهُ، وَالْأَوَّلُ هُوَ الرَّاجِحُ عِنْدَ الْمُحَدَثِّيْنَ، وَالثَّانِی هُوَ الرَّاجِحُ عِنْدَ الْأُصُوْلِيْنَ 

Dan di katakan : orang yang lama menemaninya dan duduk dengannya dan yang Pertama adalah di Rajihkan oleh ahli Muhaddits dan yang Kedua adalah di Rajihkan oleh ahli usul Fiqh 

قَالَ الشَّيْخُ : سَأَلَنِي بَعْضُ أَصْدِقَائِي حَفِظَهُمُ اللّٰهُ تَعَالَى أَنْ أَعْمَلَ مُخْتَصَرًا فِي الْفِقْهِ عَلَى مَذْهَبِ 

Syekh Abu Suja' ra berkata : telah meminta kepadaku sebagian teman-temanku semoga Allah Ta'ala memelihara mereka, agar aku mengerjakan sebuah ringkasan dalam ilmu Fiqh pada Madzhab 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 11 

اَلْإِمَامِ الشَّافِعِيِّ فِي غَايَةِ الْإِخْتِصَارِ وَنِهَايَةِ الْإِيْجَازِ يَخِفُّ عَلَى الطَّالِبِ فَهْمُهُ وَيَسْهُلُ عَلَى الْمُبْتَدَئِ حِفْظُهُ وَأَنْ أُكْثِرَ فِيْهِ مِنَ التَّقْسِيْمَاتِ وَحَصْرِ الْخِصَالِ فَأَجَبْتُهُ إِلَى ذَلِكَ طَالِبًا لِلثَّوَابِ. رَاغِبًا إِلَى اللّٰهُ سُبْحَانَهُ فِي التَّوْفِيْقِ لِلصَّوَابِ. إِنَّهُ عَلَى مَا يَشَاءُ قَدِيْرٌ . وَبِعِبَادِهِ خَبِيْرٌ بَصِيْرٌ 

Imam Syafi'i dalam tujuan meringkas ilmu dan menyimpulkan dengan singkat agar menjadi ringan atas orang-orang yang mempelajari untuk di fahaminya dan dapat memudahkan pada orang-orang yang memulai belajar menghafalnya dan agar aku memperbanyak di dalamnya dari pembagian dan membatasi kebiasan-kebiasaan, maka aku menjawabnya pada permintaan itu, untuk mencari pahala dan berharap kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam mendapatkan petunjuk untuk kebenaran, Sesungguhnya Dia Tuhan Yang Kuasa atas apa yang di kehendaki dan dengan para hamba-hamba-Nya dan yang Maha Mengetahui dan yang Maha Melihat 

《 اَلْمُخْتَصَرُ 》 مَا قَلَّ لَفْظُهُ وَكَثُرَتْ مَعَانِيَهُ 

Lafazh 《 AL - MUKHTASHOR 》 adalah apa yang sedikit Lafazh-nya dan banyak maknanya 

وَ 《 مَذْهَبُ الشَّافِعِي 》 طَرِيْقَتُهُ، وَالشَّافِعِي مَنْسُوْبٌ إِلَى جَدِّهِ شَافِعِ، وَكُنْيَتُهُ أَبُوْ عَبْدِ اللّٰهْ، وَاسْمُهُ مُحَمَّدْ بِنْ إِدْرِيسْ بِنْ اَلْعَبَّاسْ بِنْ عُثْمَانْ بِنْ شَافِعِ بِنْ اَلسَّائِبْ بِنْ عُبَيدْ بِنْ يَزِيدْ بِنْ هَاشِمْ بِنْ اَلْمُطَّلِبْ بِنْ عَبْدِ مَنَافْ، وَيَلْتَقِيْ مَعَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ فِي عَبْدِ مَنَافْ 

Dan 《 Madzhab Asy-Syafi'i 》 adalah jalannya. Dan Lafazh ASY-SYAFI'I dinisbatkan kepada kakeknya yang bernama Syafi' dan nama gelarnya adalah Abu 'Abdillah dan namanya adalah Muhammad Bin Idris Bin 'Abbas Bin 'Utsman Bin Syafi' Bin Saib Bin 'Ubaid Bin Yazid Bin Hasyim Bin Al-Muthalib Bin 'Abdi Manaf dan bertemu nasabnya bersama Rasulullah saw di 'Abdi Manaf 

فَإِنَّهُ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ مُحَمَّدٌ بِنْ عَبْدِ اللّٰهْ بِنْ عَبْدِ الْمُطَّلِبْ بِنْ هَاشِمْ بِنْ عَبْدِ مَنَافْ، وَالنِّسْبَةُ الصَّحِيْحَةٌ إِلَيْهِ شَافِعِي، وَشَفْعَوِي لَحْنٌ، وَغَايَةُ الشَّيْءِ مَعْنَاهَا تَرَتَّبُ الْأَثَرِ عَلَى ذَلِكَ الشَّيْءِ كَمَا تَقُوْلُ غَايَةُ الْبَيْعُ الصَّحِيْحِ حَلُّ الْاِنْتِفَاعِ بِالْمَبِيْعِ 

Maka sesungguhnya nama Nabi saw adalah Muhammad Bin 'Abdillah Bin 'Abdil Muthalib Bin Hasyim Bin 'Abdi Manaf. Dan nisbat itu adalah yang benar kepada Asy-Syafi'i dan penisbatan Syaf'awi adalah kesalahan dan tertuju pada suatu maknanya yang berakibat kesan di atas sesutu itu, sebagaimana kamu katakan : tujuan jual beli yang benar adalah di halalkan mengambil manfaat dengan barang yang di jual belikan 

وَ 《 غَايَةُ 》 الصَّلاَةُ الصَّحِيْحَةُ إِجْزَاؤُهَا وَعَدَمِ الْقَضَاءِ، وَالْمُرَادُ هِنَا نِهَايَةٌ وَجَازَةِ اللَّفْظِ 

Dan 《 tujuan 》 Shalat yang benar adalah melaksanakannya secara sempurna dan ketiadaan mengqodha' dan maksudnya di sini adalah mengakhiri singkatan kata 

وَ 《 التَّوْفِيْقِ 》 هُوَ خَلْقُ قُدْرَةِ الطَّاعَةِ بِخِلاَفِ الْخِذْلاَنِ فَإِنَّهُ خَلْقُ قُدْرَةِ الْمَعْصِيَةِ 

Dan 《 petunjuk 》 adalah menciptakan kemampuan pada keta'atan dengan perselisihan ketergelinciran, maka sesungguhnya telah menciptakan kemampuan melakukan kemaksiatan 

وَ 《 الصَّوَابِ 》 ضِدُّ الْخَطَأْ. وَاللّٰهُ أَعْلَمْ 

Dan 《 kebenaran 》 adalah kebalikan dari kesalahan. Dan Allah yang lebih mengetahui 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 12 


Wallahu A'lam Bish-Showab 

Komentar